Saya tidak tahu apakah kasus yang saya bahas di artikel ini hanya ada di ranting daerah saya atau diseluruh daerah Indonesia ini. Silakan anda komen bila ini hanya kasuistis sifatnya.
Saya perhatikan selama ini Muhammadiyah dalam aktifitasnya lebih banyak mengurusi urusan intern organisasi ketimbang mencerahkan warganya dengan ilmu agama. Sepanjang pengalaman yang penulis alami selama berada di komunitas Muhammadiyah ditempat penulis tinggal, penulis rasakan aktifitas ormas ini lebih dominan mengurusi kesibukan internal ormas seperti, milad, bazar, aktifitas olah raga, acara perlombaan, dan lainya belum lagi acara muktamar yang terbagi pusat dan daerah, musywil, musycab, musyran, rapat ini itu, mendirikan usaha-usaha amaliyah, dan lainnya.
Khusus untuk acara olah raga ini penulis jadi bingung, soalnya panitia mewanti-wanti agar busana olah raganya harus yang syar'i. Lha gimana mau syar'i kalau wanitanya memakai celana panjang, udah gitu disuruh tanding badminton, apa ada syar'i kayak gitu?
Tidak sebanding dengan aktifitas akhirat seperti pengajian, belajar baca Qur'an dan lainnya yang porsinya hanya sedikit. Kalau saya boleh bilang, aktifitas pengajian di Muhammadiyah (mungkin di tempat saya) terkesan hanya sebagai pelengkap saja. Itu pun materi-materi pengajian yang disampaikan ustadz-ustadz Muhammadiyah ditempat saya hanya standar, membahas seputar akhlak dan ibadah secara garis besar saja. Sangat jarang ustadz-ustadz Muhammadiyah di tempat saya membahas tentang fiqih dan aqidah serta amaliyah-amaliyah sunnah lainnya. Makanya orang-orang Muhammadiyah banyak yang awam ilmu agama. Kalau pun ada yang berilmu dan berwawasan hanya di level ustadz atau pemimpin/pengurus (ini pun ga semua).
Setiap ada acara apa pun, para pengurus Muhammadiyah ini mengharuskan para anggotanya untuk berikrar alias berinfaq. Infaq demi infaq pun berturut-turut diadakan. Belum abis satu, sudah yang dua, disusul yang tiga, pindah lagi ke 4. Tiada pertemuan tanpa infaq, terkadang penulis segan shalat atau mengaji di Masjid Muhammadiyah ini karena faktor infaq tadi. Bukan penulis tidak mau berinfaq, saya juga berinfaq, saya juga tahu keutamaan berinfaq, tapi engga overdosis kayak gini. Yang pasti tidak setiap hari orang itu punya uang lebih, orang juga punya kebutuhan urgen lainnya. Dengan diadakannya infaq tiap saat, maka orang akan segan dan malu untuk datang mengaji dan shalat di Masjid Taqwa Muhammadiyah ini karena tak punya duit umtuk menyumbang.
Kadang penulis bertanya-tanya, adakah faedah / pahalanya acara-acara seperti diatas? Apakah bermanfaat untuk akhirat kita? Apakah bisa menambah berat timbangan pahala kita?
Coba jawab, adakah faedahnya untuk agama kita? Yang penulis rasakan acara-acara tersebut murni hanya untuk organisasi. Dengan sering menggelar kegiatan-kegiatan seperti berarti membuang-buang waktu, tenaga dan biaya. Waktu hanya dihabis banyak untuk hal-hal yang ga ada faedahnya untuk akhirat.Alangkah bagusnya lebih banyak diadakan acara-acara yang bersifat keagamaan, seperti kajian-kajian, diadakan program belajar Qur'an, dan lainnya. Ini yang lebih diintensifkan. Mohon maaf ya, masih banyak bacaan Qur'an para anggota Muhammadiyah yang bersalahan, plus cara shalatnya pun yang masih belum sesuai sunnah.
Alangkah lebih bagusnya uang hasil sumbangan warga Muhammadiyah yang diperuntukkan untuk acara tersebut disalurkan guna membantu anggota-anggota Muhammadiyah yang ekonominya kurang mampu. Daripada dihamburkan untuk hal-hal yang kurang ada manfaatnya. Banyak anggota-anggota Muhammadiyah yang kerjaannya hanya mocok-mocok, tukang ojek atau pedagang kecil, bahkan penggangguran. Lihat saja banyak anggota yang belum melunasi iuran SWO bulanan organisasi. Bantulah mereka, berikan modal untuk berdagang, carikan kerjaan, bukankah ini berpahala. Membantu orang yang susah itu sangat berpahala? Sebelum membantu orang lain, bantu dulu anggota sendiri. Benar tidak?
Coba para pemimpin dan pengurus baik cabang dan ranting, lihat kehidupan anggota-anggotamu. Kenapa mereka tidak sering datang mengaji, kenapa ada yang menyelewengkan uang kas organisasi, kenapa banyak anggota yang ga bayar iuran bulanan SWO? lihat, lihat, lihat! Jangan hanya sanksi dan boikot yang diterapkan ke anggota.
Para cabang dan ranting Muhammadiyah berlomba-lomba memperbanyak amal usaha, bikin kampus, sekolah, rumah sakit, ambulans dan lainnya. Kesannya ingin menunjukkan siapa cabang / ranting yang paling hebat, paling megah masjidnya, paling banyak usaha amaliyahnya. Padahal usaha-usaha amaliyah tersebut bukannya gratis atau dikenakan biaya murah. Jadi dimana amaliyahnya? Amaliyah apa komersiliyah?
Kalau sudah mengutip infaq kesannya maksa, berulang-ulang kotak infaq dijalankan sampai jumlah yang diharapkan terkumpul. Kalau belum terkumpul akan lanjut terus. Terkadang ustadz yang memimpin penggalangan infaq menakut-nakuti para anggota dengan menyitir ayat-ayat Quran tentang ancaman orang yang tak mau berinfaq. Kesannya memaksa bukan? Yang dikhawatirkan niat berinfaq/bersedekah jadi hilang keikhlasannya karena faktor malu dan segan tadi.
Anda mungkin bertanya-tanya kenapa Muhammadiyah banyak asetnya, kenapa warga Muhammadiyah gila-gilaan kalau berinfaq? Jawabnya kalau mau jujur: YA KARENA "DIPAKSA!" Seperti yang saya katakan diatas. Para anggota dipaksa untuk berinfaq, diceramahi pahala dan ancaman tentang berinfaq. Setiap momen, setiap acara, setiap pertemuan berulang-ulang sesi infaq diadakan. Diberikan waktu khusus dengan durasi yang sedikit lama agar infaq bisa terkumpul sesuai yang diinginkan.
Padahal sebaik-baiknya infaq/sedekah adalah kepada keluaga sendiri, bukan kepada organisasi.
Karena hal-hal inilah penulis sudah merasa tidak sreg lagi beraktifitas di Muhammadiyah. Kalau pun penulis masih bergabung di Muhammadiyah karena menghargai ibu yang masih menjadi anggota Aisyiah disana.
Keinginan awal penulis bergabung dengan Muhammadiyah tujuannya hanya ingin mengaji dan punya jamaah, agar bisa memudahkan penulis menjalankan ajaran agama sesuai sunnah. Penulis hanya ingin mengaji dan beribadah dengan tenang. Cuma itu..
Penulis ga ingin direpotkan dengan acara-acara duniawi yang hanya membuang-buang waktu, uang dan tenaga. Penulis ga ingin merasakan tersisihnya menjalankan Ramadhan dan berhari Raya karena tidak sama dengan orang kebanyakan (pemerintah). Penulis hanya ingin beribadah dengan tenang dengan ibadah seperti dicontohkan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam... THAT'S ALL..!!!
Semoga para pimpinan dan pengurus serta sekalian para anggota dan kader-kader Muhammadiyah melihat uneg-uneg saya ini. Jangan asyik sendiri berorganisasi. Banyakin kepentingan Islam dalam aktifitasmu, bukan hanya acara-acara intern ormas, bantu anggota yang susah, jangan hanya sibuk membangun amaliyah usaha dan mengurusi acara-acara lainnya. Semoga dimaklumi...
Post a Comment
Post a Comment