Nah, pemahaman seperti itu keliru. Karena potongan ayat tersebut maknanya adalah, Allah tidak mengubah/menghilangkan nikmat yang Dia berikan kepada seseorang, kecuali karena orang itu sendiri yang mengubahnya dengan melakukan perbuatan dosa dan meninggalkan ketaatan, mengganti keimanan menjadi kekafiran.
Saya sudah lama membaca tafsir ayat ini dan mengkritisi pemahaman yang sering dikemukakan oleh para motivator. Beberapa kali saya menulis singkat tentang hal ini.
Cukup disayangkan, kesalahan memahami makna ayat tersebut bukan hanya dari motivator yang minim pengetahuan agamanya. Tapi saya pernah baca dan dengar juga, itu disampaikan oleh beberapa ustadz yang harusnya cukup terbiasa dengan kitab-kitab tafsir. Sampai-sampai karena itu, saya sempat berpikir mungkin memang ada kitab tafsir yang menyebutkan seperti itu, atau minimal ayat tersebut bisa dibawa ke makna tersebut. Namun pernyataan Syaikh 'Abdul Muhsin Al-Muthairi, yang merupakan Ketua Jurusan Tafsir dan Hadits, Fakultas Syariah, Universitas Kuwait, bahwa seluruh ulama menafsirkan ayat tersebut sesuai yang beliau sebutkan, dan pemaknaan ala motivator itu keliru. Yang berarti, sebagian ustadz yang juga memaknai seperti itu pun keliru juga. Mungkin karena terlalu masyhur, hingga makna itu dianggap benar, tanpa cek dan ricek lagi ke kitab tafsir mu'tabar.
(Oleh Ustadz Muhammad Abduh Negara)
Post a Comment
Post a Comment