Spirit Pemikiran Kyai Ahmad Dahlan
Dalam salah buku ajar kampus Muhammadiyah yang berjudul Kemuhammadiyahan (hal. 33), setelah menyebutkan nama-nama tokoh ulama Pembaharu di Dunia Islam, sang Penyusun menyebutkan:"Spirit pemikiran KH. Ahmad Dahlan merupakan mata rantai gerakan pembaharuan dalam dunia Islam khususnya pada gerakan Salafiyah dan gerakan Muwahidin (gerakan Wahabi). Keduanya melakukan pembaharuan cara berfikir dan berjuang demi tegaknya kembali kejayaan Islam serta kemuliaan umat Islam dengan kembali kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dengan semurni-murninya."
Apa yang disampaikan oleh Bapak Rohmansyah, S.Th.I., M.Hum ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Prof. Dr. Buya Haedar Nashir, bahwasanya gerakan dakwah Kyai Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyah-nya merupakan mata rantai gerakan pembaruan dari para ulama Salafi.
Perlu diketahui bahwa Kyai Ahmad Dahlan sebelumnya sepemikiran dengan ulama tradisionalis nusantara, namun kemudian Syekh Ahmad Surkati menyarankan yai Dahlan kembali lagi ke Mekkah untuk menyerap inspirasi dan gagasan pembaruan Syekh Muhammad bin Abdil-Wahhab. Setelah itu, sekembalinya dari Mekkah, yai Dahlan yang tercerahkan itu membuat gembrakan dakwah yang membuat dirinya dan Persyarikatan Muhammadiyah mendapat perlawanan dari kaum tradisionalis. Dihalangi, disesatkan, dan bahkan diancam bunuh.
Sebagaimana diketahui bersama, bahwasanya KH. Ahmad Dahlan rahmatullāh ‘alayh merupakan produk madrasah tradisionalis, namun sekembalinya dari haji kedua, Beliau tercerahkan oleh gagasan dan gerakan ulama Salafi. Naik haji kedua ini merupakan saran dari ulama keturunan Arab yang tergabung dalam Jami‘at al-Khair, sebagaimana diinformasikan oleh Imron Mustofa:
"Oleh para pemimpin gerakan ini (Jami‘at al-Khair), Ahmad Dahlan dianjurkan untuk ke Makkah yang kedua kalinya jika memang ingin MENDALAMI keislaman. Alasannya, karena pada masa itu di Makkah banyak berkembang pemikiran keislaman baru. Beberapa pemikiran keislaman yang menghendaki berislam dengan kembali kepada al-Qur’an dan sunnah sedang gencar-gencarnya di Makkah."
[KH. Ahmad Dahlan Si Penyantun, hal.40]
Pemikiran keislaman baru yang menghendaki berislam dengan kembali kepada al-Qur’an dan sunnah secara gencar ini tentulah gerakan dakwah wahabi, bukan yang lain. Dan ulama Arab yang menyarankan kiai Dahlan adalah Syekh Ahmad Surkati.
"Maka, pada tahun 1903-1905, Ahmad Dahlan naik haji untuk kedua kalinya. Di tanah suci, dahaga Ahmad Dahlan akan ilmu pengetahuan dan keagamaan terobati sudah. Ia bisa membaca kitab-kitab yang tidak ditemukan di Indonesia. Kitab-kitab tersebut merupakan karya para pembaru yang menganjurkan agar umat Islam kembali kepada al-Qur’an dan sunnah. Tokoh-tokoh tersebut antara lain adalah Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridla, Ibnu Taimiyah, Ibnul Qayyim, Muhammad bin Abdul Wahab, dan sebagainya. [ibidem, hal.41]
Dari keterangan diatas dapat kita ketahui bahwa pemikiran kiai Dahlan itu terbagi menjadi dua fase, yang mana haji kedua menjadi pemisah diantara kedua fase tersebut. Di fase kedua ini, pemikiran ulama Salafi mempengaruhi dan menginspirasi yai Dahlan dalam membina Persyarikatan Muhammadiyah .
(Ahmad Alfan = Mualim Muhammadiyah Bulungan)
Post a Comment
Post a Comment