Tapi sekarang, Islam itu buaaanyak, terdiri dari berbagai mazhab, firqah, haraqah, organisasi. Bahkan ada yang Islam abal-abal alias aliran sesat, contohnya kayak Syiah, Ahmadiyah, dan lainnya.
Ya zaman sekarang Islam itu banyak, ada Islam Muhammadiyah, ada Islam Nahdhatul Ulama (NU), ada Islam Al-Washliyah, ada Jamaah Tabligh (JT), ada model partai kayak Hizbut Tahrir (HT), Ikhwanul Muslimin (IM), dan lainnya. Banyak bukan?
Bagi orang awam akan kebingungan dan bertanya-tanya, "Islam kok banyak ya, mana yang benar? Katanya Islam satu, ini kok jadi beraneka ragam? Mana yang harus diikuti?"
Jadi teringat dulu, ada sepupu saya, orangnya memang cerdas dan kritis. Suatu ketika kita ngobrol ngalor ngidul. Dia pernah bilang ke saya bahwa Islam itu banyak. Saya tak setuju atas pernyataanya. Saya coba jelaskan ke dia kalau Islam itu cuma satu! Yang lain-lain seperti Muhammadiyah, Al-Washliyah dan yang lainnya itu sama, sama-sama Islam!
Dia langsung ngebantah, "Kalau memang sama, terus ngapain mereka bikin kelompok atau organisasi??"
Saya langsung terdiam, ga bisa ngomong. Ga siap dengan pertanyaannya yang menohok. Gila ni anak sifat kritisnya.
Tapi memang pertanyaan-pertanyaan kayak adik sepupu saya itu sering dipertanyakan oleh orang-orang.
"Apa sih beda Muhammadiyah sama Islam mayoritas kebanyakan?
Pertanyaan kayak gini susah lho ngejawabnya. Paling kita hanya bisa ngejawab dengan jawaban aman (diplomatis):
"Muhammadiyah, Salafy, NU, HTI, dan yang lainnya itu sama. Mereka juga Muslim. Kitab suci, Nabi dan Tuhannya sama. Ada pun perbedaannya hanya dari ranah furu (cabang), bukan ushul (pokok). Kita semua saudara, tetap bersatu. Jangan berpecah belah.
Ya itu jawaban aman, tidak mengundang konflik dan perdebatan sengit. Jawaban diatas memang benar. Bagi kita yang level awam paling dasar, jawaban seperti diatas lebih aman.
Tapi kita sebagai ummat Islam, bukanlah ummat dengan agama hanya mengekor dari orang tua atau hanya taqlid buta sama kelompoknya. Kita harus belajar, mencari tahu agar bisa mengerti, tidak hanya manut dan nrimo. Maka cari tahulah dengan menuntut ilmu agama.
Sebenarnya kita bisa menjawab pertanyaan diatas lebih dari sekedar jawaban mainstream. Bukan berarti kalau kita ngebahas ini jadi memecah belah ummat Islam. Tidak sedangkal itu. Jika belum apa-apa sudah suudzhan duluan, gimana ilmu mau menyebar ke orang banyak.
Saya akan coba menjawab, tentu dengan jawaban yang sesuai dengan kapasitas saya.
Bismillah...
Sejujurnya memang ummat Islam sekarang ini sedang terkotak-kotak, terpecah-pecah jadi beberapa golongan. Masing-masing mengaku paling ahlussunnah wal jamaah. Seperti yang saya sebut diatas, ada Muhammadiyah, NU, Al-Washliyah, JT, HT, Naqsyabandiyah, dan lainnya.
Perpecahan ini merupakan taqdir dan kehendak Allah, bahwa di akhir zaman nanti ummat Nabi Muhammad SAW pasti terpecah belah. Namun kita tak boleh berpecah belah menerima keadaan seperti itu.
Makanya kita harus belajar, menuntut ilmu, mencari tahu kenapa, ada apa, bagaimana, kok bisa begitu? Jangan selamanya lah jadi orang awam agama di level dasar.
Terus selanjutnya bagaimanakah sikap kita terhadap banyaknya kelompok-kelompok Islam ini?
Kembali kepada Al-Qur'an dan Sunnah. Perhatikan ayat di bawah ini:"Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, kamu tidak akan tersesat selamanya yaitu kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya" [[HR Imam Malik 1395 bersumber dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhu dihasankan oleh Al-Albani di dalam kitabnya Manzilatus Sunnah fil Islam 1/18]
Cari mazhab, jamaah atau organisasi yang konsisten dengan ajaran Qur'an dan Sunnah dengan pemahaman Salafush Shalih.
Apa itu pemahaman Salafush Shalih?
Salafush Shalih adalah orang terdahulu yang shalih, dari generasi sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, dari generasi tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan para ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah setelah mereka. Salafush Shalih adalah generasi terbaik ummat Islam. (Referensi: https://almanhaj.or.id/3013-kewajiban-mengikuti-pemahaman-salafush-shalih.html)Tapi pak, semua dari mereka mengaku paling benar, paling ada contohnya dari Rasulullah, paling dan paling-paling lainnya..?"
Lihat mereka yang paling berhati-hati dalam urusan agama, sehingga urusan apa pun mereka selalu terikat dalil, dan dalam hal menggunakan dalil, mereka juga sangat berhati-hati dan selektif, sehingga terpilih mana dalil palsu untuk ditinggalkan dan mana dalil yang shahih untuk dijadikan pegangan.Dalam ibadah pun mereka juga berhati-hati, selalu meniru dan mencontoh kepada Nabi SAW. Tidak bermudah-mudah melakukan ibadah yang tak pernah dilakukan Nabi SAW. Menjauhi bid'ah, syirik, tahayul, khurafat.
Bahkan dalam hal berpakaian pun mereka mencontoh Nabi SAW. Beragama karena dalil bukan hawa nafsu. Jadi ahlussunnah itu bukan mengaku-aku, Tapi pembuktian. Kalau memang suatu jamaah selalu melakukan amalan-amalan sesuai sunnah, ya dia ahlussunnah, kalau ternyata lebih banyak melakulan amalan-amalan yang tak ada contohnya dari Nabi, masa harus dibilang ahlussunnah juga?
Lantas siapakah orang-orang-orang yang dimaksud ini? Apakah ada di Indonesia?
Tentu ada..!!Mereka bisa terdiri dari non organisasi/perorangan (tidak berafiliasi kepada jamaah/organisasi mana pun), bisa juga dalam bentuk organisasi/jamaah, seperti Muhammadiyah, Jamaah Salafi, Wahdah Islam, Persis, Al-Irsyad, dan jamaah ahlussunnah beraqidah Salaf lainnya.
Kesemua dari mereka ini beraqidah Salaf dan dalam berbagai interaksi mereka sering distigma negatif dengan julukan WAHABI.
Para kaum Muwahhidun ini mempunyai kesamaan aqidah, yaitu menjunjung tinggi Tauhid, menegakkan sunnah, dan menjauhi bid'ah dan kesyirikan.
Ciri-ciri Aqidah Salaf:
- Sumber pengambilan hukum dari Al-Qur'an dan Sunnah serta dari Ijma para Salafush Shalih
- Aqidah yang berlandaskan penyerahan total kepada Allah dan Rasul-Nya
- Aqidah yang sejalan dengan fithrah dan logika yang benar, bebas dari syahwat dan syubhat
- Sanadnya bersambung kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sahabat, tabi’in dan para imam, baik dalam ucapan, perbuatan maupun keyakinan
- Aqidah yang mudah dan terang, seterang matahari di siang bolong, tidak rancu maupun samar-samar.
- Aqidah yang menjaga pengikutnya tidak bertindak diluar petunjuk
- Aqidah yang menjamin untuk memberi jalan keluar setiap persoalan, baik sosial, politik, ekonomi, pendidikan atau persoalan lainnya.
- Aqidah yang mengakui akal tapi membatasi perannya
- Aqidah kasih sayang dan persatuan
- Dan lainnya
Silakan bagi sobat sekalian untuk mecari tahu amalan-amalan dari pengikut aqidah Salaf ini, apakah berlebih-lebihan/mengada-ada atau sesuai dengan dalil/fitrah manusia. Tentu saja, untuk menerima semua ini dibutuhkan sikap yang inshaf dan kelapangan hati.
"Terus kalau kita sudah masuk ke aqidah Salaf dan merasa itulah yang benar. Bagaimana sikap kita kepada jamaah/organisasi Islam lainnya? Apakah mereka sesat?"
Kita sebagai orang awam dengan ilmu terbatas jangan bermudah-mudah menyesatkan saudara kita. Mereka-mereka para ulama terkenal dan berilmu saja bersikap inshaf dan hikmah kepada sesama saudara seiman.Kalau keyakinan yang kita yakini itu benar, silakan diyakini, ajarkan dan sebarkan kepada keluarga dan saudara terlebih dahulu, itu yang lebih utama. Sedangkan kepada teman dan tetangga dan yang lainnya silakan anda sampaikan keyakinan anda dengan semampu anda. Jika situasi dan kondisinya kondusif, silakan anda mendakwahi mereka.
Jika mereka tak mau menerima, ya sudah jangan dipaksakan, jangan sampai menimbulkan konflik dan permusuhan.
Mereka tetap saudara kita. Semua ummat Islam dari berbagai jamaah/organisasi adalah saudara kita. Jika tak bisa bersatu dalam satu pemahaman maka yakini saja keyakinan masing-masing dengan tetap menjaga ukhuwah. Hidayah tidak bisa kita paksakan.
Manusia dianugrahi akal dan fikiran serta dikarunia iman, jadi bisa mencari tahu mana yang benar, mana yang salah, mana yang haq dan yang bathil. Intinya kita perlu belajar agama bukan sekedar taqlid buta, hingga kita mengetahui mana yang lebih dekat kepada yang haq, mana yang tidak.
Jangan latah dan sok arif mengatakan, "Oh semua organisasi dan jamaah itu sama, sama-sama Islam. Jangan bahas masalah khilafiyah, kita perkuat saja ukhuwah Islamiyah kita".
Belajar dulu lebih jauh tentang agama sebelum mengucapkan kata-kata diatas, jadi kita tahu apa yang kita ucapkan, bukan sekadar latah atau ikut-ikutan.
Perlu diingat segala sesuatunya akan diminta pertanggung jawaban. Poin yang pentingnya adalah pelajari agama, jangan hanya mengekor dan fanatik buta dengan kelompok/organisasi atau jamaah kita.
Demikian tulisan singkat saya yang sangat sederhana ini. Semoga mencerahkan. Jika ada salah didalamnya itu dari saya sendiri. Dan jika ada kebenaran didalamnya itu dari Allah Jalla Jallaluhu.
Wallahu'alam bish Shawab...
(Referensi: manhaj.or.id & muslim.or.id)
Post a Comment
Post a Comment