Tapi suka atau tidak suka, kenyataannya memang seperti itu. Organisasi itu menjadikan ummat Islam ini terkotak-kotak. Fakta di lapangan berbicara. Terlalu banyak fakta, tak terbantahkan.
Jika suatu organisasi memerintahkan para jamaahnya untuk berislam sesuai dengan aturan yang sudah ditetapkan, maka jamaah tersebut wajib mentaatinya, tak perduli walau tak sesuai Sunnah. Tak boleh ada jamaah yang membantah, atau mengamalkan keyakinan lain, kalau tidak, maka akan dicap tidak loyal dan melanggar ADRT. Konsekwensinya akan tersisih bahkan bisa dipecat dari organisasi.
Shalat, jika tak sesuai dengan amalan organisasi akan ditegur, berpuasa atau berhari raya jika tak mengikuti metode yang digunakan organisasi dianggap tidak taat pimpinan.
Begitulah, makin banyak kelompok / organisasi, makin banyak sekat / perbedaan di tubuh ummat Islam ini, baik aqidah dan fiqihnya. Ada Islam A amalan dan aqidahnya beda, ada Islam B, aqidahnya beda juga, ada Islam C, dan seterusnya. Anda mau setuju atau tidak, mau suka atau tidak, faktanya seperti itu.
Dampak dari perbedaan ini pun penulis alami. Dimana penulis bergabung dalam suatu ormas Islam. Saya sebut saja disini nama organisasinya, yaitu Muhammadiyah.
Dimulai dari beberapa hari yang lalu dalam sebuah grup WA organisasi, ada sebuah anggota membagikan meme yang isinya mencurigai sebuah jamaah Islam bernama Salafy. Terlihat dalam meme tersebut seorang pimpinan cabang Muhammadiyah yang me-warning para warga Muhammadiyah agar waspada terhadap keberadaan Salafi. Karena mereka dianggap mengganggu eksistensi Muhammadiyah. Alasan mereka: orang-orang Salafy merebut Masjid dan warga Muhammadiyah.
Tentu saja ini tak benar 100%. Bahkan bisa jadi fitnah, kalau tak ada data kongkritnya. Penulis langsung berikan penjelasan dan pencerahan panjang lebar. Penulis katakan atas nama ukhuwah Islam hindari share-an yang gituan, karena hal tersebut sensitif. Masalah ummat ini uda seabreg, jangan lagi diperkeruh.
Tak lama pernyataan saya kemudian direspon oleh salah seorang petinggi ranting Muhammadiyah disana. Sayangnya kata-kata yang dia sampaikan tidak simpatik. Beliau membenarkan isi meme tersebut mentah-mentah. Belum apa-apa, penulis dikatakan benci Muhammadiyah, dan ujung-ujungnya penulis diancam usir. Otoriter sekali.
Padahal fakta yang sebenarnya tidak semua seperti itu. Kejadian itu hanya kasuistik, tidak general. Dan bisa jadi di tempat penulis tidak ada kejadian seperti itu. Penulis katakan itu ulah oknum bukan atas nama jamaah mereka. Bahwa setiap pemeluk organisasi atau jamaah itu pasti ada yang ghuluw / ekstrim atau fanatik kelompok, termasuk juga di Muhammadiyah, dan yang lainnya. Ada yang ekstrim ada juga yang moderat. Penulis katakan, tidak semua Salafi itu ekstrim, ada juga yang moderat, menjalin ukhuwah dengan Muhammadiyah bahkan membela. Maka mari kita lihat yang baik-baik saja, agar kita selalu sehat dan tak mudah diadu domba oleh munafiqun dan kuffar yang benci Islam.
Namun, si petinggi tak terima dan tetap keukeuh dengan keyakinan jumudnya. Malah saya diwarning, silakan keluar dari Muhammadiyah bila tak suka. Akhirnya penulis tantang si petinggi tadi dengan mengatakan, "Coba sebutkan satu saja Masjid Muhammadiyah yang direbut oleh Salafi di kota ini, ada tidak?" Si petinggi tak bisa menjawab, malah saya dituduh penyusup dari Salafy.
Mungkin kalau Buya Hamka Rahimahullah masih hidup, dan bergabung di Muhammadiyah cabang tempat saya ini, pasti beliau dikatakan penyusup. Karena Buya Hamka itu sangat condong Wahabi/Salafinya.
Penulis dinasehati, disuruh memahami Muhammadiyah, padahal keluarga besar penulis adalah Muhammadiyah, dari mulai mendiang nenek, ibu, kakak, adik, paman, bibi, sepupu, semua Muhammadiyah. Dan penulis sendiri, jauh sebelum bergabung jadi anggota, sudah mengamalkan keyakinan Muhammadiyah.
Banyak yang mengaku-aku paling Muhammadiyah, tapi tak tahu hakikat Muhammadiyah itu apa? Tak usah jauh-jauh, amalan anggotanya termasuk pimpinannya saja banyak yang tak sesuai Tarjih tapi merasa paling Muhammadiyah.
Si petinggi tadi sejatinya bukan menyuruh penulis untuk memahami hakikat perjuangan Muhammadiyah, melainkan mengajak kepada fanatisme kelompok, permusuhan dan kebencian.
Padahal para warga Muhammadiyah kalau mereka mau jujur bercermin, mereka juga punya "kesalahan" di mata ummat Islam kebanyakan. Bukan cuma Salafy, Muhammadiyah juga membid'ahkan amalan-amalan Aswaja. Dan ini kejadian yang sering terjadi. Dimana kasus-kasus Masjid Muhammadiyah yang didemo, direbut oleh warga. Apa pasal? Setelah diselidiki, rupanya Masjid Muhammadiyah tersebut awalnya adalah milik warga, tapi kemudian dikelola oleh Muhammadiyah dan akhirnya berujung konflik. Lihat sekarang siapa yang menguasai Masjid orang sebenarnya?
Kejadian lain: Salafi pernah menyerahkan Masjidnya kepada warga Muhammadiyah untuk dikelola, tapi karena jamaahnya sepi, Salafi kemudian mengelola kembali Masjid tersebut hingga ramai jamaah. Setelah ramai, oknum Muhammadiyah tadi mengambil kembali Masjid tersebut. Apa ini ada dilihat warga Muhammadiyah? Lihat siapa sekarang yang tukang rebut Masjid?
Dalam pengajian-pengajian Muhammadiyah, ustadz-ustadz mereka pun kerap mengkritik Salafy dengan olok-olok. Bahkan ustadz-ustadz Muhammadiyah secara tak sadar suka merasa paling benar sendiri dan menganggap orang lain salah. Contoh saat kasus jadwal shalat Shubuh versi pemerintah yang mereka anggap terlalu cepat dan mereka hukumi itu tidak sah. Sedangkan Muhammadiyah menganggap jadwal Shubuh mereka yang diperlambat waktunya, itulah yang diklaim paling benar untuk Muhammadiyah dan ummat Islam. Padahal ini adalah masalah khilafiyah. Ulama kibar (besar) saja berbeda pendapat. Harusnya kita berlapang dada dalam hal ini, bukan malah merasa paling benar sendiri. Lihat, siapa sekarang yang suka menghakimi dan merasa paling benar?
Lihat, ternyata mereka pun melakukan hal yang sama. Kalau penulis katakan mereka menerapkan standar ganda, pasti mereka tak mau terima. Maunya menyalahkan, giliran disalahkan tak terima.
Namun saya tidak mengatakan itu kesalahan Muhammadiyah, tidak..!!! Saya katakan itu ulah oknum, walau oknumnya banyak. Saya yakin Muhammadiyah yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan Rahimahullah tak mengajarkan pengikutnya untuk taashub / fanatik kelompok, atau membenci saudara seiman diluar Muhammadiyah. Muhammadiyah yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan Rahimahullah bertujuan untuk menjalin ukhuwah, memperjuangkan kebenaran Islam, bukan untuk memperjuangkan organisasi.
Poin inilah yang saya jelaskan kepada petinggi Muhammadiyah tadi. Bahwa perlakuan negatif Salafy kepada Muhammadiyah bukanlah mewakili Salafy, melainkan oknum, walaupun oknumnya juga banyak.
Oknum yang ekstrim dan fanatik ini pasti ada disetiap kelompok Islam. Tidak mungkin tidak, pasti ada. Maka solusinya kita bersikap inshaf, jangan ikut-ikutan seperti orang-orang yang hatiya sakit, yang suka saling fonis dan menyalahkan. Jangan lihat yang buruknya. Lihat yang baik-baiknya saja agar sehat hati, biar kita tidak saling bermusuhan, agar kita tak mudah diadu domba.
Apa yang saya sampaikan barusan sebenarnya sederhana, tapi terlihat ribet dan sulit dimengerti oleh mereka. Karena semangat berkelompok itu sudah terpatri erat, sudah mendarah daging. Jadi apa pun kritikan, kebaikan yang menyudutkan organisasinya pasti dia bela mati-matian.
Makanya itu terkadang saya tak menyalahkan ada sebagian ustadz-ustadz Salafi yang mengatakan bahwa organisasi itu hizby dan memecah belah ummat Islam. Memang itu faktanya. Walau pun memang tak semua pelaku organisasi itu ta'asshub, tapi kebanyakan seperti itu, apalagi pemeluk organisasi di akar rumput.
Saran Penulis
Jika Muhammadiyah merasa ada oknum Salafy yang merebut jamaah atau masjidnya. Ya sudah silakan salahkan saja dan tegur oknumnya, tapi jangan generalisir Salafynya. Ambil tindakan pencegahan. Tapi setahu saya, tak ada Salafy yang merebut jamaah Muhammadiyah. Jika banyak anggota Muhammadiyah yang hijrah ke Salafy, itu bukan karena pembujukan atau pemaksaan, melainkan karena kemauan/keinginan anggota Muhammadiyahnya sendiri. Penulis tahu betul itu. Karena dakwah Salaf itu ilmiyah dan Haq. Dakwah Salaf itu sering menggugah keimanan para penyimaknya. Makanya Dakwah Salaf itu sangat mengena di hati orang banyak.Jika ada banyak anggota Muhammadiyah yang hijrah ke Manhaj Salaf, harusnya pihak Muhammadiyah intropeksi, dimana kesalahannya. Apalagi kepindahan anggota itu karena kemauan sendiri. Mungkin banyak anggota Muhammadiyah yang haus ilmu agama, banyak yang ingin ia ketahui tentang Islam. Di Muhammadiyah tidak dia dapatkan, maka berlabuhlah dia ke Manhaj Salaf yang memang membahas detil tentang ajaran Islam.
Cobalah Muhammadiyah berbenah, lakukan perubahan. Banyakin dakwah ilmu agama kepada anggota, jangan hanya fokus kepada infaq dan amaliyah usaha. Masih banyak anggota Muhammadiyah yang belum faham fiqih, belum faham halal/haram/syubhat, belum faham tentang aqidah. Lihat saja masih ada anggota-anggota Muhammadiyah berpacaran, campur baur lelaki - wanita. Masih banyak wanita-wanita Muhammadiyah yang belum faham kalau jilbab itu bukan hanya dipakai dalam bepergian, tapi untuk melindungi aurat di depan non mahram.
Perbanyak dakwah di medsos, bikin kajian di Youtube. Ikuti langkah-langkah Salafy. Mereka berdakwah disemua media. Ustadz-ustadz Salafy rajin membuat grup dakwah di WA, Facebook, Twitter, Instagram, Youtube dan lainnya. Hingga banyak orang awam yang tertarik dan mengenal ajaran Islam. Selain itu sering-seringlah ustadz-ustadz Muhammadiyah membuat buku-buku ilmiyah. Ummat Islam itu sebenarnya haus ilmu agama.
Hadapi Salafi dengan akal sehat, bukan dengan kecurigaan dan permusuhan. Karena bagaimana pun Salafy itu Muslim, bukan aliran sesat. Salafy adalah saudara kita yang punya banyak persamaan dalam fiqih dan aqidah. Bersinergilah kepada yang garis lurusnya. Setidaknya para petinggi Muhammadiyah tidak usah terlalu khawatir dengan banyaknya anggota yang hijrah ke Salafy. Bisa jadi itu pertanda bahwa Muhammadiyah itu adalah orang-orang yang berilmu, yang berwawasan, yang haus akan kebenaran. Karena cuma orang-orang Muhammadiyahlah yang sering hijrah ke Salafy, sedangkan dari NU nyaris tidak ada. Setidaknya berbanggalah wahai para petinggi Muhammadiyah.
Berorganisasi memang tidak dilarang dalam Islam dan hukumnya mubah.
Membuat organisasi untuk tujuan-tujuan kebaikan terutama dalam rangka dakwah dan menolong agama Islam adalah sebuah kebaikan.
Para ulama mengatakan bahwa membuat organisasi atau yayasan atau perkumpulan dalam rangka kebaikan adalah hal yang dibolehkan, selama tidak dijadikan sarana tahazzub (fanatik kelompok), dan tidak dijadikan patokan al wala wal bara’ sehingga sesama anggota organisasi dianggap teman dan di luar organisasi dianggap lawan.
Sumber : www.muslim.or.id
Menurut penulis, menjalankan organisasi ini tidak bisa sembarang orang. Apalagi jenis organisasi Islam. Orang yang mendirikan organisasi Islam atau yang bergabung didalamnya harus punya ilmu agama yang mumpuni, dewasa, berwawasan, punya misi dan visi berislam yang kuat. Jadi berorganisasi ini sama dengan berpoligami. Keduanya sama-sama harus dijalankan dengan ilmu agama dan keimanan agar tujuannya sampai ke sasaran. Kalau tidak, ya lihat aja sekarang ini. Banyak yang beroganisasi tapi tujuan utamanya bukan memperjuangkan Islam, melainkan membesarkan organisasi. Benar tidak?
Post a Comment
Post a Comment