Sesuatu yang istimewa dari kisah nabi Musa ‘alaihissalam adalah kisah tersebut merupakan kisah yang terpanjang dari kisah-kisah nabi yang lain.
Di dalam Alquran terdapat kisah nabi Hud, Nuh, Luth, bahkan nabi Muhammad ﷺ, akan tetapi tidak ada yang lebih panjang dari kisah nabi Musa ‘alaihissalam.
Bahkan surah Al-Qashash kebanyakan menceritakan kisah nabi Musa ‘alaihissalam. Dan kisah tersebut banyak diulang-ulang oleh Allah ﷻdalam banyak surah lain.
Ini menujukkan bahwa ada perhatian khusus dari Allah ﷻ tentang kisah yang terjadi *antara nabi Musa ‘alaihissalam dan kaumnya dari kalangan Yahudi.*
Pada setiap kisah yang Allah sebutkan terdapat tambahan faidah meskipun kisah tersebut telah diulang dalam surah lain.
Maka tatkala seseorang mengumpulkan dan membaca kisah tersebut, akan didapatkan rangkaian kisah yang indah tentang nabi Musa ‘alaihissalam.
Di antara faidah Allah menceritakan secara detil kisah nabi Musa ‘alaihissalam kepada nabi Muhammad ﷺ yaitu karena salah satu umat yang didakwahi oleh nabi Muhammad ﷺ adalah umat Yahudi.
Sebagaimana dalam sejarah bahwa ketika Nabi ﷺ tiba di Madinah, ada tiga suku Yahudi yang terkenal yaitu suku Qainuqa, suku Nadhir, dan suku Quraizhah.
Maka ini merupakan mukjizat nabi Muhammad ﷺ karena bisa menceritakan kisah nabi Musa ‘alaihissalam secara detil meski tanpa belajar dari ahli kitab dan menjadi bukti bahwa nabi Muhammad ﷺ adalah seorang nabi.
Faidah yang lain adalah bahwa Allah tidak menceritakan banyak tentang kisah nabi Isa ‘alaihissalam, padahal umat Nasrani juga menjadi kaum yang didakwahi oleh beliau.
Karena nabi Isa ‘alaihissalam tidak disukai oleh seluruh umat Yahudi.
Mereka (Yahudi) mengatakan bahwa nabi Isa ‘alaihissalam anak zina dan mereka ingin dan mengaku telah membunuh nabi Isa ‘alaihissalam, maka Allah membantah mereka,
وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ (157(
“Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.”
(QS. An-Nisa : 157)
Maka yang benar cerita tentang nabi Isa ‘alaihissalam adalah beliau tidak dibunuh dan disalib lalu kemudian beliau diangkat oleh Allah ke langit.
Adapun nabi Musa ‘alaihissalam, Yahudi dan Nasrani menyepakati tentang kenabian nabi Musa ‘alaihissalam. Maka dari itu Allah memperpanjang kisah nabi Musa ‘alaihissalam.
Dan ketika kita memperhatikan kisah nabi Musa ‘alaihissalam dengan umatnya maka akan kita ketahui bagaimana akhlak kaum Yahudi.
Allah memperlihatkan banyak mukjizat kepada mereka, akan tetapi mereka tetap menjadi orang yang keras kepala.
Dan betapa banyak akhlak mereka yang tercela, salah satunya adalah suka membunuh nabi.
Allah ﷻ berfirman,
وَقَتْلِهِمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ (155(
“Dan mereka membunuh nabi-nabi tanpa (alasan) yang benar.”
(QS. An-Nisa : 155)
Jika ada nabi yang tidak sesuai dengan selera mereka, maka akan dibunuh. Sehingga mereka (Yahudi) berusaha keras untuk membunuh nabi Isa ‘alaihissalam.
Bahkan dalam kitab Taurat yang telah dirubah oleh mereka yang dari situ kita ketahui betapa jahatnya kaum Yahudi, mereka menggambarkan sifat-sifat yang buruk terhadap para nabi.
Mereka menyebutkan bahwa ada nabi yang berzina dengan anaknya, ada nabi yang tukang mabuk, ada nabi yang senang merebut istri prajuritnya.
Bahkan mereka (Yahudi) Allah pun disifati dengan sifat yang jelek dengan mengatakan bahwa Ya’qub Israil berkelahi dengan Allah, lalu Allah kalah. Subhanallah, seakan-akan mereka ingin melegalisasi keburukan mereka.
Maka dari itu Allah memperpanjang kisah nabi Musa ‘alaihissalam agar kita menyadari akan bahayanya mereka.
Maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang kisah nabi Musa ‘alaihissalam yang akan kita ambil dari surah Al-Qashash.
Allah ﷻ berfirman,
طسم (1)
“Thaa Siin Miim.”
(Qs. Al-Qashash : 1)
Para ulama menyatakan bahwa ayat yang seperti ini merupakan Huruful Muqaththa’ah yaitu huruf yang putus-putus yang Allah sebutkan dalam banyak surah.
Contohnya adalah الم, حم, ص, ق, كهيعص, الر, الص dan lain-lain.
Huruf seperti ini tidak perlu ditafsirkan.
Pendapat yang kuat adalah huruf-huruf ini diturunkan untuk menunjukkan bahwa Alquran yang diberikan kepada nabi Muhammad ﷺ adalah berbahasa arab yang disusun dari huruf-huruf yang orang Quraisy juga meng-gunakannya.
Karena pada waktu itu orang-orang Quraisy berbangga-bangga dengan bahasa Arab mereka sampai melakukan pertandingan syair-syair, bahkan sampai saat ini.
Seakan-akan Allah hendak menerangkan bahwa Alquran ini terdiri dari huruf-huruf tersebut, akan tetapi mereka (Quraisy) tidak dapat membuat yang seperti itu.
Sehingga betapa banyak orang-orang kafir dan para sahabat masuk Islam karena mendegar potongan ayat Alquran.
Kemudian selanjutnya Allah ﷻ berfirman,
تِلْكَ آيَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ (2) نَتْلُو عَلَيْكَ مِنْ نَبَإِ مُوسَى وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (3)
“Ini adalah ayat-ayat Kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah). Kami membacakan kepadamu (Muhammad) sebagian dari kisah Musa dan Fir´aun dengan benar untuk orang-orang yang beriman.”
(QS. Al-Qashash : 2-3)
Pada ayat ini menegaskan bahwa hanya orang-orang beriman yang dapat mengambil faidah dari kisah nabi Musa ‘alaihissalam. Yaitu orang-orang yang mau menggunakan akal mereka untuk berfikir.
إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (4)
“Sesungguhnya Fir´aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir´aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.”
(QS. Al-Qashash : 4)
Dikisahkan bahwa Fir’aun hidup di Mesir. Terdapat dua suku besar di Mesir waktu itu yaitu suku pribumi (Al-Qibti) dan suku pendatang (Bani Israil).
■ Orang Yahudi menisbahkan Bani Israil kepada nabi Ya’qub ‘alaihissalam yang dikenal sebagai Israil.
Nabi Ya’qub ‘alaihissalam memiliki dua belas anak yang salah satunya adalah nabi Yusuf ‘alaihissalam.
Maka tatkala nabi Yusuf ‘alaihissalam menjadi menteri di Mesir dalam kisah yang cukup panjang Allah sebutkan dalam surah Yusuf, beliau mendatangkan ayah dan ibunya beserta saudara-saudaranya untuk hidup di Mesir.
Maka beranak pinanglah Bani Israil setelah itu.
Akan tetapi pada zaman nabi Musa ‘alaihissalam Bani Israil tertindas oleh suku pribumi yang menjadi sukunya Fir’aun. Dan ini dilakukan oleh Fir’aun dengan sengaja.
Salah satu bentuk penindasan Fir’aun terhadap Bani Israil adalah dengan membunuh anak laki-laki yang lahir dari kalangan Bani Israil.
Para ahli tafsir menyebutkan bahwa para dukun di zaman Fir’aun telah meramalkan bahwa kelak pada tahun tertentu akan lahir seorang anak yang akan menggulingkan singgasana Fir’aun.
Sehingga Fir’aun mengutus pasukannya untuk mencari siapa saja yang lahir, bahkan jika terdapat seorang wanita yang hendak melahirkan maka akan ditunggu sampai persalinannya selesai, jika yang lahir laki-laki maka akan dibunuh. Adapun jika anaknya perempuan maka dibiarkan.
Sebagian ulama menyebutkan bahwa nabi Musa ‘alaihissalam tidak dibunuh karena lahir pada tahun sebelum atau setelah tahun yang diramalkan, sehingga bisa selamat dari Fir’aun dan pasukannya.
Fir’aun merupakan orang yang paling sombong, bahkan tidak ada yang lebih kafir darinya dengan mengatakan,
أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى (24)
“Akulah tuhanmu yang paling tinggi.”
(QS. An-Nazi’at : 24)
Akan tetapi Allah tidak ingin mengazab Fir’aun dengan seketika, padahal sangat mudah bagi Allah untuk membunuh Fir’aun dengan sekejap jika dikehendaki.
Allah membiarkan Fir’aun dalam jangka waktu yang cukup lama agar kemudian nabi Musa menggulingkan tahtanya.
Allah menginginkan mengadzab Fir’aun dengan caraNya yaitu dengan membiarkannya hidup dengan tenang dahulu, dan jika tiba masanya maka akan dihancurkan.
Oleh karenanya para ulama menyebutkan bahwa Bashar Al Assad dengan kekejamannya sekian lama, Allah kelak akan menghancurkannya dengan izinNya, akan tetapi tidak seketika melainkan Allah akan buat dia tersiksa dengan runtuhnya kepemimpinannya sedikit demi sedikit sebagaimana kisah Fir’aun.
Allah ﷻ berfirman,
وَنُرِيدُ أَنْ نَمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ (5) وَنُمَكِّنَ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَنُرِيَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُمْ مَا كَانُوا يَحْذَرُونَ (6)
“Dan Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas (Bani Israil) di bumi (Mesir) itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi). Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan kepada Fir´aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu.”
(QS. Al-Qashash : 5-6)
Di ayat ini disebutkan bahwa Fir’aun mengkhawatirkan anak yang akah lahir dan kelak akan menggulingkan kerajaannya, maka Allah memperlihatkan apa yang mereka khawatirkan.
وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ (7)
“Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.”
(QS. Al-Qashash : 7)
Ketahuilah, bahwa inilah awal mula cara Allah untuk menghancurkan kerajaan Fir’aun.
Dia mencari-cari anak yang kelak akan menggulingkan kerajaannya, dan ternyata anak tersebut adalah nabi Musa ‘alaihissalam.
Tatkala nabi Musa ‘alaihissalam dimasukkan kedalam keranjang kecil lalu dilepaskan di sungai nil, ternyata keranjang tersebut melewati kerajaan Fir’aun.
Allah ﷻ berfirman,
فَالْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ (8)
“Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir´aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir´aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah”
(QS. Al-Qashash : 8)
Ahli tafsir menyebutkan bahwa istri Fir’aun lah yang memungut nabi Musa ‘alaihissalam yang bernama Asiah, seorang wanita salihah yang ditakdirkan oleh Allah ﷻ tidak bisa memiliki anak.
Maka tatkala Asiah melihat keranjang nabi Musa ‘alaihissalam, maka Allah tumbuhkan rasa cinta pada Asiah untuk merawatnya.
Betapa luar biasanya Allah mentakdirkan nabi Musa ‘alaihissalam dirawat oleh keluarga Fir’aun, padahal dialah (Musa) yang mereka cari selama ini, orang yang kelak akan menghancurkan kerajaannya.
Ibaratnya seperti Fir’aun memelihara singa yang akan memakannya.
Kemudian Fir’aun melihat ciri-ciri anak tersebut, akhirnya diketahui anak tersebut berasal dari suku Bani Israil.
Hal ini berbeda dengan pendapat sebagian ahli tafsir yang mengatakan bahwa Fir’aun tidak mengetahui bahwa anak tersebut dari Bani Israil.
Sehingga timbullah keinginan Fir’aun untuk membunuhnya karena mengetahui asal suku anak tersebut. Allah ﷻ berfirman,
وَقَالَتِ امْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ عَيْنٍ لِي وَلَكَ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَى أَنْ يَنْفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ (9)
“Dan berkatalah isteri Fir´aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak”, sedang mereka tiada menyadari”
(QS. Al-Qashash : 9)
Lihatlah bagaimana sombong dan angkuhnya Fir’aun, akan tetapi tunduk dan mengalah kepada Istrinya.
Tatkala istrinya menginginkan anak tapi tidak bisa memiliki anak, maka diangkatlah nabi Musa ‘alaihissalam sebagai anaknya.
Namun lagi-lagi mereka (Fir’aun) tidak menyadari siapa yang mereka angkat menjadi anak.
Kemudian Allah ﷻ berfirman,
وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَى فَارِغًا إِنْ كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلَا أَنْ رَبَطْنَا عَلَى قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ (10)
“Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).”
(QS. Al-Qashash : 10)
Ibu nabi Musa ‘alaihissalam tahu anaknya berada dalam perawatan Fir’aun.
Akan tetapi kesedihan yang melanda ibu nabi Musa ‘alaihissalam hampir membuatnya mengakui bahwa itu anaknya.
Kemudian Allah kokohkan hatinya agar dia bisa yakin dengan janji Allah, bahwa nabi Musa ‘alaihissalam kelak akan kembali kepangkuan-nya dan menjadikan nabi Musa ‘alaihissalam sebagai seoral rasul.
``` Bersambung ```
(https://firanda.com)
🖊 Ustadz Firanda Andirja, Lc, MA
Oleh: Mutiara Risalah Islam
Post a Comment
Post a Comment