Sontak saja rimba medsos pun geger. Terutama kaum Salafiyyun yang sedianya memang mengharamkan musik. Para ustadz, asatidz, thalibul ilmi dari kaum Muwahid medsos yang berilmu mau pun yang awamnya menyampaikan kritik dan bantahan terhadap pendapat AH yang dirasa cocoklogi tersebut.
Pendapat AH memang nyeleneh dan sangat kontroversi hingga ustadz Fadlan Fahamsyah hafidzahullah sampai angkat bicara dan mengatakan pendapat AH itu merendahkan Allah, Rasul dan Shahabat.
Tapi apa yang terjadi?
Para fans dan penggemar AH tidak terima ustadznya disalahkan. Mereka membela AH setinggi langit, memberikan udzur kepada ustadz kesayangannya. Kata mereka: AH juga manusia biasa, bisa keliru, jangan kritik berlebihan. Kebaikan AH lebih banyak daripada keburukannya. Lagi pula musik itu masuk ranah khilafiyah tidak semua ummat Islam mengharamkannya, begitu kata para fans / penggemar AH.
Coba kalau ustadz-ustadz Salafy yang tergelincir dan keliru, ada mereka membela, ada mereka memberikan udzur?
Orang-orang fanatik pembenci Salafy, orang-orang yang alergi dengan dakwah Salaf, orang-orang maniak politik yang katanya moderat, orang-orang bermazhab inshaf, orang-orang penikmat khilafiyah jelas ramai-ramai membela AH dan mencela Salafy. Mereka balik mengatakan Salafy tukang tahzir, tukang menyalahkan, tukang fonis, tidak ada adab, dan lain sebagainya.
Padahal jelas AH lah yang salah, menafsirkan serampangan menurut versi dia sendiri, sudah begitu beliau tidak konfirmasi / meralat perkataannya sampai sekarang.
Beda kejadiannya ketika ada ustadz Salafy yang tergelincir dan keliru, mulut mereka diam, tak ada satu pun suara dari orang-orang pembela AH ini yang membela dan memberikan udzur. Tapi saat ustadz kesayangan mereka tergelincir melakukan kesalahan dan dikritik, wooow sejuta udzur, sejuta maklum, sejuta pembelaan mereka berikan.
Inshaf itu memang berat kawan. Bersikap adil kepada seafiliasi itu gampang, tapi bersikap adil kepada di luar afiliasi anda, ini yang puuaalinng buuueeeraaaat...
Sudah jelas dalam hal ini, Salafy lah yang disalahkan. Mereka sudah terlanjur benci, sudah terlanjur alergi dengan kaum Salafy yang di mata mereka itu suka menyalahkan, tukang tahzir, suka merasa paling benar sendiri. Jadi sudah bisa ketebak, playing victimnya adalah AH.
Ada sese-ustadz yang katanya Wahabi juga, tapi Wahabi spesialis kritik Salafy. Saat ada kesalahan Salafy, berulang-ulang tema itu dibahas. Giliran AH yang bikin kesalahan, responnya sekedarnya aja, bijaksana bijaksini, kasih udzur AH setinggi langit.
Salafy memang bukan kaum yamg maksum (bebas dari kesalahan), tapi sesalah-salahnya Salafy, kebenaran dari mereka masih lebih banyak untuk diambil, ketimbang orang-orang yang katanya hikmah, moderat tapi mencla-mencle bahkan menebarkan syubhat.
Kejadian ini membuka mata saya, bahwasanya semuanya menerapkan peran standar ganda. Yang mengaku-aku ternyata pendaku juga, yang merasa disalahkan ternyata juga menyalahkan, yang merasa paling pertengahan ternyata berat sebelah juga, yang merasa paling lurus, tapi ga lurus-lurus juga.
Ga masalah kalau memang kita ga sempurna, itu manusiawi, tapi ya mbok mengaca, kalau menuntut orang untuk inshaf, ente juga harus inshaf pada siapa pun, kalau mau menyalahkan, ya salahkan juga siapa pun yang pantas untuk disalahkan, walau mereka diluar afiliasi / komunitasmu. Banyak-banyak bercerminlah..
Post a Comment
Post a Comment