Nabi Musa ‘alaihissalam takut tatkala dia mendatangi Fir’aun seorang diri perkataannya bisa salah dan terbata-bata.
Maka nabi Musa ‘alaihissalam meminta kepada Allah untuk mengutus Harun bersamanya.
Dalam ayat lain nabi Musa ‘alaihissalam berdoa,
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26) وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي (27) يَفْقَهُوا قَوْلِي (28)
“Berkata Musa: *“Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”
(QS. Taha : 25-28)
Banyak ahli tafsir menyebutkan dari tafsiran para sahabat seperti Ibnu Abbas dan yang lainnya, bahwasanya nabi Musa ‘alaihissalam tidak lancar dan terbata-bata dalam berbicara. Karena nabi Musa ‘alaihissalam pernah memakan bara dan melukai lidahnya sehingga bicaranya tidak lancar.
Disebutkan dalam tafsir, bahwa dahulu nabi Musa ‘alaihissalam pernah digendong oleh Fir’aun. Ketika dalam gendongannya, nabi Musa ‘alaihissalam memukul dan menarik janggutnya. Sehingga Fir’aun marah dan berkata kepada istrinya,
“Wahai Istriku, anak ini sepertinya ketika sudah dewasa akan membunuh saya kalau sekarang tingkahnya sudah seperti ini.”
Maka istri Fri’aun menjawab, “Wahai Fir’aun, dia hanya ana yang masih kecil dan tidak mengerti apa-apa. Cobalah kamu uji.”
Kemudian Fir’aun mencoba dengan memberikan pilihan kepada nabi Musa ‘alaihissalam antara batu permata dan bara api. Akhirnya nabi Musa ‘alaihissalam memilih bara api dan memakannya.
Ini menunjukkan bahwa nabi Musa ‘alaihissalam tidak mengetahui apa-apa.
Ini merupakan sebab nabi Musa ‘alaihissalam terbata-bata dalam berbicara.
Akan tetapi tidak ada riwayat yang marfu’ dari nabi Muhammad ﷺ.
Ada kemungkinan kisah ini berasal dari kisah israiliyat. Dan kesahihan riwayat tersebut patut diragukan karena nabi Musa ‘alaihissalam tidak disebutkan dalam ayat-ayat yang lain bahwa beliau gagap, akan tetapi beliau kekakuan berbicara itu disebabkan karena ketakutannya menghadapi Fir’aun.
Sebagaimana orang pada umumnya tatkala bertemu dengan orang hebat, terkadang bicaranya terbata-bata karena grogi atau takut.
Oleh karena itu nabi Musa meminta nabi Harun ‘alaihissalam diutus bersamanya.
Faidah dari kisah ini adalah tentang ketulusan nabi Musa ‘alaihissalam.
Disebutkan bahwa nabi Musa ‘alaihissalam mengetahui bahwa ada tugas yang mulia yaitu berdakwah kepada Fir’aun.
Maka nabi Musa ‘alaihissalam meminta bantuan orang lain dalam berdakwah, sampai menyebutkan keutamaan orang tersebut.
Beginilah sebenarnya akhlak mulia seorang da’i, tidak menjadikan da’i yang lain sebagai saingan akan tetapi menjadikan da’i yang lain sebagai partner dakwah.
Juga merasa senang tatkala ada orang yang membantunya dalam berdakwah dan mengakui kekurangan yang dimiliki masing-masing.
Maka dari itu Allah ﷻ berfirman,
قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ (35(
“Allah berfirman: “Kami akan membantumu dengan saudaramu.”
(QS. Al-Qashash : 35)
Kemudian dalam surah Asy-Syu’ara Allah menggambarkan kisah pertemuan nabi Musa ‘alaihssalam dengan Fir’aun.
Pada surah ini akan nampak betapa hebatnya Fir’aun dalam berbicara. Dan dikisah ini, yang berbicara bukanlah nabi Harun ‘alaihissalam melainkan nabi Musa ‘alaihissalam.
Karena Allah ﷻ telah berfirman,
قَالَ قَدْ أُوتِيتَ سُؤْلَكَ يَا مُوسَى (36)
“Allah berfirman: “Sesungguhnya telah diperkenankan permintaanmu, hai Musa”.
(QS. Taha : 36)
Para ulama menyebutkan bahwa setelah nabi Musa ‘alaihissalam berdoa, Allah kabulkan permintaannya. Menjadi lapanglah hatinya, bicaranya tidak lagi terbata-bata lagi dan dia tidak lagi takut bertemu Fir’aun.
Ketika pertemuan terjadi, berkata nabi Musa ‘alaihissalam,
إِنَّا رَسُولُ رَبِّ الْعَالَمِينَ (16) أَنْ أَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ (17)
“Maka datanglah kamu berdua kepada Fir’aun dan katakanlah olehmu (Musa): *“Sesungguh-nya Kami adalah Rasul (utusan)Tuhan semesta alam. lepaskanlah Bani Israil (pergi) beserta kami.”
(QS. Asy-Syu’ara : 16-17)
Maka berkatalah Fir’aun yang menunjukkan kehebatannya berbicara,
قَالَ أَلَمْ نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدًا وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِينَ (18)
“Fir’aun menjawab: “Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.”
(QS. Asy-Syu’ara : 28)
Ini dalil pertama yang diucapkan oleh Fir’aun untuk menjatuhkan dakwah nabi Musa ‘alaihissalam.
Kemudian fir’aun berkata,
وَفَعَلْتَ فَعْلَتَكَ الَّتِي فَعَلْتَ وَأَنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ (19)
“Dan kamu (Musa) telah berbuat (kesalahan dari) perbuatan yang telah kamu lakukan dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak tahu berterima kasih.”
(QS. Asy-Syu’ara : 19)
Ini merupakan dalil kedua Fir’aun.
Kata-kata yang disampaikan oleh Fir’aun itu luar biasa hebatnya sampai mampu mempengaruhi para pasukan dan bawahannya. Sehingga Allah mengabadikan perkataan yang indah dari Fir’aun.
Dalam surah Gahfir Fir’aun berkata,
ذَرُونِي أَقْتُلْ مُوسَى وَلْيَدْعُ رَبَّهُ إِنِّي أَخَافُ أَنْ يُبَدِّلَ دِينَكُمْ أَوْ أَنْ يُظْهِرَ فِي الْأَرْضِ الْفَسَادَ (26)
“(Wahai Kaumku) Biarkanlah aku membunuh Musa dan suruh dia memohon kepada Tuhannya, karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar agamamu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi”.
(QS. Ghafir : 26)
Perkataan yang indah dari Fir’aun seolah-olah memprovokasi dan membuat para pasukan dan kaumnya tercengang. Bahkan di ayat setelahnya lebih indah lagi.
Dia berkata,
مَا أُرِيكُمْ إِلَّا مَا أَرَى وَمَا أَهْدِيكُمْ إِلَّا سَبِيلَ الرَّشَادِ (29)
“Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik, dan aku tiada menunjukkan kepadamu selain jalan yang benar”.
(QS. Ghafir : 29)
Ini merupakan kata yang indah. Sehingga ada seorang khatib yang dakwahnya tidak diterima, lantas membawakan perkataan Fir’aun ini agar perkataannya didengar. Inilah betapa hebatnya Fir’aun berkata.
Tatkala nabi Musa ‘alaihissalam datang, langsung dibalas dengan kata-kata yang bisa mematikan semangat dakwah nabi Musa ‘alaihihssalam dengan mengatakan bahwa dia (Musa) anak yang tidak tahu berterima kasih, dan disebutkan kesalahannya yang telah membunuh orang dimasa lalu.
Akan tetapi Allah telah memberikan kekuatan dan menenangkan hati nabi Musa dan nabi Harun ‘alaihimassalam, sehingga mampu membantah perkataan Fir’aun tersebut.
Adapun perkataan Fir’aun tentang membunuh orang, maka nabi Musa ‘alaihissalam mengakuinya dan berkata,
قَالَ فَعَلْتُهَا إِذًا وَأَنَا مِنَ الضَّالِّينَ (20) فَفَرَرْتُ مِنْكُمْ لَمَّا خِفْتُكُمْ فَوَهَبَ لِي رَبِّي حُكْمًا وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُرْسَلِينَ (21)
“Berkata Musa: “Aku telah melakukannya, sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yang khilaf. Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul.”
(QS. Asy-Syu’ara : 20-21)
Maka kemudian nabi Musa ‘alaihissalam membalas perkataan Fir’aun tentang tidak pandai balas budi.
Nabi Musa ‘alaihissalam berkata,
وَتِلْكَ نِعْمَةٌ تَمُنُّهَا عَلَيَّ أَنْ عَبَّدْتَ بَنِي إِسْرَائِيلَ (22)
“Budi yang kamu limpahkan kepadaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil.”
(QS. Asy-Syu’ara : 22)
Maksudnya adalah nabi Musa ‘alaihissalam mencela perbuatan Fir’aun terhadap Bani Israil. Seakan-akan nabi Musa ‘alaihissalam mengatakan bahwa kebaikan yang dia berikan kepada Musa ‘alaissalam itu tidak sebanding dengan kezalimannya terhadap Bani Israil.
Kemudian Fir’aun pun merasa kalah dengan bantahan nabi Musa ‘alaihissalam.
Kemudian Fir’aun hendak mengejek nabi Musa ‘alaihissalam.
Allah ﷻ berfirman,
قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ (23)
“Fir’aun bertanya: “Siapa Tuhan semesta alam itu?”
(QS. Asy-Syu’ara : 23)
قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ مُوقِنِينَ (24)
“Musa menjawab: “Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya (Itulah Tuhanmu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya”.
(QS. Asy-Syu’ara : 24)
قَالَ لِمَنْ حَوْلَهُ أَلَا تَسْتَمِعُونَ (25)
“Berkata Fir’aun kepada orang-orang sekelilingnya: *“Apakah kamu tidak mendengarkan?”
(QS. Asy-Syu’ara: 25)
Mulailah Fir’aun memprovokasi rakyatnya, akan tetapi nabi Musa ‘alaihissalam melanjutkan dakwahnya.
قَالَ رَبُّكُمْ وَرَبُّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ (26)
Musa berkata (pula): “Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang kamu yang dahulu”.
(QS. Asy-Syu’ara : 26)
قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ (27)
Fir’aun berkata: “Sesungguhnya Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila”.
(QS. Asy-Syu’ara : 27)
Ketika Fir’aun telah kehabisan kata-kata untuk membalas perkataan nabi Musa ‘alaihissalam, yang ada Fir’aun emosi dan langsung menuduh nabi Musa ‘alaihissalam sebagai orang gila.
Ini merupakan dalil bahwa tatkala seseorang melihat maslahat dalam dakwah ketika dia tetap melakukannya, maka hendaknya dia melanjutkan dakwahnya, meskipun banyak orang yang mencela dan menuduh dengan tuduhan yang tidak benar.
Ketahuilah sebagian orang mengatakan bahwa rusa sebenarnya larinya lebih cepat dari pada harimau, akan tetapi rusa selalu termakan oleh harimau disebabkan karena dia sering menoleh kebelakang untuk mengecek apakah harimau telah dekat.
Maka seharusnya bagi seorang da’i agar tetap fokus pada dakwahnya dan tidak terlalu menekankan pada bantahan-bantahan orang.
Karena jika seorang da’i hanya banyak melakukan pembelaan dan tuduhan, yang ada adalah dia membela dirinya, bukan membela agama Allah Subhanahu wa ta’ala.
Karena tidak mungkin seseorang bisa menggapai keridhaan semua orang.
Saya teringat dengan perkataan seorang syaikh yang menasehati saya, beliau berkata,
“Wahai Firanda, berdakwahlah engkau dan teruslah berdakwah sebelum datang suatu waktu kamu dilarang berdakwah.”
Ketahuilah pasti kita pernah mengalami suatu waktu dimana kita betul-betul tidak bisa berdakwah.
Betapa banyak teman saya yang bergelar doktor dari berbagai negara, akan tetapi mereka tidak bisa berdakwah. Maka teruslah berdakwah, karena umur kita terbatas.
Lihatlah nabi Musa ‘alaihissalam yang terus berdakwah meskipun dikatakan telah gila.
Karena walapun Fir’aun tidak menerima, akan tetapi pasukan dan bawahannya mungkin akan mereima dakwahnya.
Nabi Musa pun meneruskan per-kataannya.
قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا بَيْنَهُمَا إِنْ كُنْتُمْ تَعْقِلُونَ (28)
“Musa berkata: “Tuhan yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu) jika kamu mempergunakan akal”.
(QS. Asy-Syu’ara : 29)
Akhirnya Fir’aun semakin jengkel karena merasa kalah dengan nabi Musa ‘alaihissalam dihadapan rakyatnya.
Dengan penuh emosi dia berkata,
قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهًا غَيْرِي لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ (29)
” Fir’aun berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan”.
(QS. Asy-Syu’ara : 29)
Cara kasar yang dilakukan Fir’aun menjadikan perdebatan selesai dan nabi Musa ‘alaihissalam akan dipenjarakan. Akan tetapi nabi Musa ‘alaihissalam menunjukkan kecerdasannya dengan melakukan penawaran kepada Fir’aun dengan harapan dia akan berubah fikiran.
Nabi Musa ‘alaihissalam berkata,
قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكَ بِشَيْءٍ مُبِينٍ (30)
“Musa berkata: “Dan apakah (kamu akan melakukan itu) kendatipun aku tunjukkan kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata?”
(QS. Asy-Syu’ara : 30)
قَالَ فَأْتِ بِهِ إِنْ كُنْتَ مِنَ الصَّادِقِينَ (31)
“Fir’aun berkata: “Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang nyata itu, jika kamu adalah termasuk orang-orang yang benar”.
(QS. Asy-Syu’ara : 31)
Maka nabi Musa ‘alaihissalam melakukan apa yang telah dilakukannya bersama Allah sebelumnya.
فَأَلْقَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُبِينٌ (32) وَنَزَعَ يَدَهُ فَإِذَا هِيَ بَيْضَاءُ لِلنَّاظِرِينَ (33)
“Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang nyata. Dan ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba tangan itu jadi putih (bersinar) bagi orang-orang yang melihatnya".
(QS. Asy-Syu’ara : 32-33)
Dengan segera Fir’aun berkata yang menunjukkan kecerdasannya,
قَالَ لِلْمَلَإِ حَوْلَهُ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ عَلِيمٌ (34)
“Fir’aun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada sekelilingnya: Sesungguh-nya Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai.
(QS. Asy-Syu’ara : 33)
Kemudian Fir’aun mendatangkan perkataan yang akan menjatuhkan nabi Musa ‘alaihissalam di hadapan rakyatnya.
Fir’aun berkata,
يُرِيدُ أَنْ يُخْرِجَكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِ فَمَاذَا تَأْمُرُونَ (35)
“ia hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya; maka karena itu apakah yang kamu anjurkan?
(QS. Asy-Syu’ara : 35)
``` Bersambung ```
(https://firanda.com
🖊 Ustadz Firanda Andirja, Lc, MA)
Oleh: Mutiara Risalah Islam
Post a Comment
Post a Comment