Ghirah Islam

Contact form

©2012 Ghirah Islam's Blog | Design by - PB Templates | Distributed by FB Templates

Featured Section

Breaking Ticker

Mendulang Hikmah Dari Kisah Nabi Musa ‘Alaihissalam (5)

Post a Comment
(Sumber gambar: kumparan.com)

Fr’aun memprovokasi rakyatnya dengan perkataan yang hebat. Sampai-sampai bertanya kepada rakyatnya untuk memancing perhatian. Akan tetapi rakyatnya menginginkan nabi Musa ‘alaihissalam bertanding melawan tukang sihir yang dimiliki Fir’aun.

قَالُوا أَرْجِهْ وَأَخَاهُ وَابْعَثْ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ (36)

Mereka menjawab: “Tundalah (urusan) dia dan saudaranya dan kirimkanlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan mengumpulkan (ahli sihir).
(QS. Asy-Syu’ara : 36)

يَأْتُوكَ بِكُلِّ سَحَّارٍ عَلِيمٍ (37)

“Niscaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu.”

Maka Fir’aun berkata pada ayat yang lain,

فَلَنَأْتِيَنَّكَ بِسِحْرٍ مِثْلِهِ فَاجْعَلْ بَيْنَنَا وَبَيْنَكَ مَوْعِدًا لَا نُخْلِفُهُ نَحْنُ وَلَا أَنْتَ مَكَانًا سُوًى (58)

“Dan kamipun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu, maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya).”
(QS. Taha : 58)

قَالَ مَوْعِدُكُمْ يَوْمُ الزِّينَةِ وَأَنْ يُحْشَرَ النَّاسُ ضُحًى (59)

“Berkata Musa: “Waktu untuk pertemuan (kami dengan) kamu itu ialah di hari raya dan hendaklah dikumpulkan manusia pada waktu matahari sepenggalahan naik”.
(QS. Taha : 59)

Maka dikumpulkanlah para ahli sihir untuk bertemu dengan nabi Musa ‘alaihissalam.

Allah ﷻ berfriman,

فَجُمِعَ السَّحَرَةُ لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ (38)

“Lalu dikumpulkan ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang maklum.”
(QS. Asy-Syu’ara : 38)

Disebutkan oleh sebagain ahli tafsir bahwa jumlah penyihir yang dikumpulkan oleh Fir’aun mencapai ribuan.
Akan tetapi tidak ada angka yang pasti, yang ada hanyalah keterangan bahwa mereka segerombolan para penyihir, dan ini bisa menunjukkan jumlah yang sangat banyak.

Ketika telah bertemu antara nabi Musa ‘alaihissalam dengan para penyihir, nabi Musa ‘alaihissalam mendakwahi para penyihir.

Nabi Musa ‘alaihissalam berkata,

قَالَ لَهُمْ مُوسَى وَيْلَكُمْ لَا تَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ كَذِبًا فَيُسْحِتَكُمْ بِعَذَابٍ وَقَدْ خَابَ مَنِ افْتَرَى (61)

Berkata Musa kepada mereka: “Celakalah kamu, janganlah kamu mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, maka Dia membinasakan kamu dengan siksa”. Dan se-sungguhnya telah merugi orang yang mengada-adakan kedustaan.
(QS. Taha : 61)

Setelah dinasihati oleh nabi Musa ‘alaihissalam, para penyihir saling berbisik-bisik di antara mereka.

Allah ﷻ berfirman,

فَتَنَازَعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى (62)

“Maka mereka berbantah-bantahan tentang urusan mereka di antara mereka dan mereka merahasiakan percakapan (mereka).”
(QS. Taha : 62)

Kemudian para penyihir berkata kepada Fir’aun,

قَالُوا إِنْ هَذَانِ لَسَاحِرَانِ يُرِيدَانِ أَنْ يُخْرِجَاكُمْ مِنْ أَرْضِكُمْ بِسِحْرِهِمَا وَيَذْهَبَا بِطَرِيقَتِكُمُ الْمُثْلَى (63)

Mereka berkata: “Sesungguhnya dua orang ini adalah benar-benar ahli sihir yang hendak mengusir kamu dari negeri kamu dengan sihirnya dan hendak melenyapkan kedudukan kamu yang utama.
(QS. Taha : 63)

Maka Fir’aun menjawab

فَأَجْمِعُوا كَيْدَكُمْ ثُمَّ ائْتُوا صَفًّا وَقَدْ أَفْلَحَ الْيَوْمَ مَنِ اسْتَعْلَى (64)

“Maka himpunkanlah segala daya (sihir) kamu sekalian, kemudian datanglah dengan berbaris. dan sesungguhnya beruntunglah oran yang menang pada hari ini.”
(QS. Taha : 64)

Pertemuan yang terjadi antara nabi Musa ‘alaihissalam dengan para penyihir merupakan pertemuan yang sangat hebat, dan disaksikan oleh seluruh rakyat Mesir. Maka terjadilah pertandingan yang luar biasa di antara mereka.

قَالُوا يَا مُوسَى إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى (65)}

“Mereka (para penyihir) berkata: “Hai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kamikah orang yang mula-mula melemparkan?”
(QS. Taha : 65)

قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى (66)

“Berkata Musa: “Silahkan kamu sekalian melemparkan”. (Setelah mereke lemparkan) Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka, terbayang kepada Musa seakan-akan ia merayap cepat, lantaran sihir mereka.
(QS. Taha : 66)

فَأَوْجَسَ فِي نَفْسِهِ خِيفَةً مُوسَى (67)

“Maka Musa merasa takut dalam hatinya.”
(QS. Taha : 67)

Nabi Musa ‘alaihissalam ketakutan karena tersihir dengan dibayangkan kepadanya bahwa ular-ular itu bergerak dengan cepat.

● Ini merupakan dalil bahwa nabi Musa ‘alaihissalam memungkinkan untuk tersihir, akan tetapi Allah mengalahkan sihir tersebut.
● Ini juga merupakan dalil bantahan untuk orang-orang yang menolak hadits Nabi ﷺ yang pernah tersihir.
Mereka yang menolak hadits ini karena menurut mereka bahwa nabi adalah seorang nabi, dan kalau betul nabi tersihir maka bagaimana dengan Alquran.
Maka jawabannya adalah nabi Muhammad ﷺ tersihir serupa dengan tersihirnya nabi Musa ‘alaihissalam yang diberikan khayalan mendatangi istrinya padahal ternyata tidak. dan sihir seperti ini tidak berpengaruh dengan wahyu yang Allah turunkan kepada nabi Muhammad ﷺ.
Oleh karena itu hadits nabi tentang tersihirnya beliau merupakan hadits yang sahih.
Maka ketika nabi Musa ‘alaihissalam merasa takut, Allah ﷻ berfriman,

قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنْتَ الْأَعْلَى (68) وَأَلْقِ مَا فِي يَمِينِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوا إِنَّمَا صَنَعُوا كَيْدُ سَاحِرٍ وَلَا يُفْلِحُ السَّاحِرُ حَيْثُ أَتَى (69)

“Kami berkata: “janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang). Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka perbuat. “Sesungguhnya apa yang mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang”.
(QS. Taha : 68-69)

Tatkala nabi Musa ‘alaihissalam melemparkan tongkatnya, maka jadilah tongkatnya menjadi ular yang sebenarnya, yang memakan seluruh ular-ular tipu daya para penyihir tersebut.

Ketika para penyihir menyaksikan apa yang dilakukan oleh nabi Musa ‘alaihissalam, barulah mereka sadar bahwa apa yang didatangkan oleh nabi Musa ‘alaihissalam bukanlah sihir, akan tetapi mukjizat.

Karena yang dilakukan oleh para penyihir hanyalah halusinasi dan tipuan mata, sedangkan nabi Musa ‘alaihissalam benar-benar tongkat yang berubah menjadi ular.

Setelah kejadian itu, Allah ﷻ berfirman,

فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سُجَّدًا قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ هَارُونَ وَمُوسَى (70)

“Lalu tukang-tukang sihir itu tersungkur dengan bersujud, seraya berkata: *“Kami telah percaya kepada Tuhan Harun dan Musa”.
(QS. Taha : 70)

Fir’aun melihat kondisi saat itu dalam keadaan gawat, dimana para penyihirnya tunduk kepada nabi Musa ‘alaihissalam sedangkan disaksikan oleh seluruh rakyat Mesir.

Maka Fir’aun memperlihatkan lagi kecerdasannya dengan berkata,

قَالَ آمَنْتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ آذَنَ لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ فَلَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ مِنْ خِلَافٍ وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ فِي جُذُوعِ النَّخْلِ وَلَتَعْلَمُنَّ أَيُّنَا أَشَدُّ عَذَابًا وَأَبْقَى (71)

Berkata Fir’aun: “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Sesungguhnya ia adalah pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal pohon kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih kekal siksanya”.
(QS. Taha : 71)

Lihatlah betapa pintarnya Fir’aun mencari alasan dengan menuduh bahwa mereka para penyihir telah bekerjasama dengan nabi Musa ‘alaihissalam terlebih dahulu.

Maka para penyihir berkata kepada Fir’aun,

قَالُوا لَنْ نُؤْثِرَكَ عَلَى مَا جَاءَنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالَّذِي فَطَرَنَا فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ إِنَّمَا تَقْضِي هَذِهِ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (72) إِنَّا آمَنَّا بِرَبِّنَا لِيَغْفِرَ لَنَا خَطَايَانَا وَمَا أَكْرَهْتَنَا عَلَيْهِ مِنَ السِّحْرِ وَاللَّهُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (73)

Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang telah menciptakan kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini saja. Sesungguhnya kami telah beriman kepada Tuhan kami, agar Dia mengampuni kesalahan-kesalahan kami dan sihir yang telah kamu paksakan kepada kami melakukannya. Dan Allah lebih baik (pahala-Nya) dan lebih kekal (azab-Nya)”.
(QS. Taha : 72-73)

Kisah ini menggambarkan betapa luas rahmat Allah Subhanahu wa ta’ala.

Bertahun-tahun para penyihir melakoni profesinya yang dimana profesi tersebut merupakan doa besar dan bentuk kesyirikan. Dosa sihir lebih besar dari melakukan zina, membunuh atau durhaka kepada orang tua.
Sebagaimana nabi ﷺ besabda tentang hukuman pelaku sihir,

حَدُّ السَّاحِرْ ضَرْبَةٌ بِالسَّيْف

“Hukum had bagi orang yang melakukan sihir adalah dipenggal kepalanya.”
(HR. Tirmidzi dalam Sunannya no. 1460, 4/60)

Maka dari itu sihir merupakan dosa yang amat besar, akan tetapi para penyihir hanya beriman sekejap lalu dibunuh, kemudian meninggal dan diberikan balasan terbaik oleh Allah yaitu surga.

Ini merupakan bentuk keluasan rahmat Allah ﷻ.

Setelah Fir’aun kalah dalam pertandingan tukang sihir dengan nabi Musa ‘alaihissalam, ternyata dia belum sadar juga.

Fir’aun dengan sombongnya berkata,

وَقَالُوا مَهْمَا تَأْتِنَا بِهِ مِنْ آيَةٍ لِتَسْحَرَنَا بِهَا فَمَا نَحْنُ لَكَ بِمُؤْمِنِينَ (132)

Mereka berkata: “Bagaimanapun kamu (Musa) mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu”.
(QS. Al-A’raf : 132)

Kemudian Allah menurunkan mukjizat yang lain agar Fir’aun dan pengikutnya sadar.

Allah Subhanahu wa ta’ala berfriman,

فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ آيَاتٍ مُفَصَّلَاتٍ فَاسْتَكْبَرُوا وَكَانُوا قَوْمًا مُجْرِمِينَ (133)

“Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka adalah kaum yang berdosa.
(QS. Al-A’raf : 133)

Dalam ayat lain Allah mengatakan ada sembilan mukjizat,

وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى تِسْعَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ (101(

“Dan sesungguhnya Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mukjizat yang nyata.”
(QS. Al-Isra’ : 101)

Allah ﷻ menurunkan Thufan yaitu angin kencang disertai hujan yang lebat yang menghancurkan rumah-rumah mereka. Akan tetapi rumah-rumah dari kalangan Bani Israil yang hidup di Mesir tidak rusak. Karena angin tersebut hanya Allah kirim untuk pengikut Fir’aun.

Akhirnya mereka meminta tolong kepada nabi Musa ‘alaihissalam.

Allah ﷻ berfirman,

وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيْهِمُ الرِّجْزُ قَالُوا يَا مُوسَى ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَ لَئِنْ كَشَفْتَ عَنَّا الرِّجْزَ لَنُؤْمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرْسِلَنَّ مَعَكَ بَنِي إِسْرَائِيلَ (134)

Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun berkata: “Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Tuhamnu dengan (perantaraan) kenabian yang diketahui Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat menghilangkan azab itu dan pada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu”.
(QS. Al-'Araf: 134)

Maka Allah mengabulkan permintaan nabi Musa ‘alaihissalam dengan menghilangkan Thufan.

Setelah diangkat angin kencang dan hujan tersebut, tumbuhlah tanaman-tanaman yang baru.

Kemudian Fir’aun dan rakyatnya menganggap bahwa ini bukanlah azab, karena setalah itu tumbuh tanaman yang segar.

Ternyata mereka ingkar dan tidak beriman kepada Allah.

Kemudian Allah hadirkan lagi belalang yang memakan seluruh tumbuhan-tumbuhan tersebut. Maka mereka meminta untuk diangkat lagi musibah ini. Maka Allah kabulkan dengan hilangnya belalang tersebut.

Akan tetapi ada beberapa tumbuhan tersisa yang tidak dimakan oleh belalang sehingga mereka mengatakan bahwa ini sudah cukup untuk kebutuhan kami.

Ternyata lagi-lagi mereka ingkar dan tidak mau beriman.

Kemudian Allah turunkan kutu dan masuk di rumah-rumah mereka dan mereka memohon untuk diangkat. Maka hilanglah kutu tersebut, akan tetapi mereka tetap tidak beriman.

Begitupun dengan katak yang Allah turunkan kepada mereka. Sampai para ahli tafsir menyebutkan tidak ada di antara mereka yang berani membuka mulut karena takut katak tersebut lompat ke dalam mulut mereka karena banyaknya jumlah katak tersebut.

Kemudian mereka meminta untuk diangkat musibah tersebut. Setelah diangkat ternyata mereka tetap tidak beriman kepada Allah dan nabi Musa ‘alaihissalam.

Terakhir Allah jadikan sungai Nil berubah airnya menjadi darah tatkala mereka mengambilnya, kemudian mereka meminta agar dihilangkan dan kemudian mereka beriman.

Akan tetapi setelah diangkat musibah itu, mereka tetap ingkar dan tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala.

Ketika telah jelas Fir’aun dan pengikutnya tidak mau beriman dan bersifat keras kepala, maka Allah memerintahkan kepada nabi Musa ‘alaihissalam dengan mengatakan,

وَلَقَدْ أَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلَا تَخْشَى (77)

“Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)”.
(QS. Taha : 77)

Allah memerintahkan nabi Musa ‘alaihissalam bersama Bani Israil untuk keluar melarikan diri dan menjauh dari negeri Mesir. Akan tetapi Fir’aun mengetahui bahwa nabi Musa ‘alaihissalam bersama Bani Israil telah kabur dimalam hari. Maka Fir’aun pun murka dan mengumpulkan seluruh pasukannya tanpa ada yang tertinggal.

Allah ﷻ berfirman,

فَأَرْسَلَ فِرْعَوْنُ فِي الْمَدَائِنِ حَاشِرِينَ (53)

“Kemudian Fir’aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota.”
(QS. Asy-Syu’ara : 53)

Kemudian fir’aun berkata,

إِنَّ هَؤُلَاءِ لَشِرْذِمَةٌ قَلِيلُونَ (54) وَإِنَّهُمْ لَنَا لَغَائِظُونَ (55)

“Sesungguhnya mereka (Bani Israil) benar-benar golongan kecil, dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang menimbulkan amarah kita.”
(QS. Asy-Syu’ara : 54-55)

Kemudian Allah menceritakan bagaimana kemudian pasukan Fir’aun bisa menyusul nabi Musa dan Bani Israil.

Allah ﷻ berfirman,

فَأَتْبَعُوهُمْ مُشْرِقِينَ (60) فَلَمَّا تَرَاءَى الْجَمْعَانِ قَالَ أَصْحَابُ مُوسَى إِنَّا لَمُدْرَكُونَ (61)

“Maka Fir´aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit (pagi). Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”.
(QS. Asy-Syu’ara : 60-61)

Nabi Musa ‘alaihissalam berkata dengan penuh keyakinan,

قَالَ كَلَّا إِنَّ مَعِيَ رَبِّي سَيَهْدِينِ (62)

“Musa menjawab: “Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Tuhanku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”.
(QS. Asy-Syu’ara : 62)

Maka pada saat itu pasukan Fir’aun berada di belakang nabi Musa dan pengikutnya. Sedangkan di hadapan mereka ada laut merah. Mereka pun bingung kemana akan kabur.

Maka dengan penuh keyakinan nabi Musa ‘alaihissalam diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala untuk memukulkan tongkatnya ke arah laut.

Allah ﷻ berifirman,

فَأَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنِ اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْبَحْرَ فَانْفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَالطَّوْدِ الْعَظِيمِ (63)

Lalu Kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.

Tongkat yang dimiliki oleh nabi Musa ‘alaihissalam hanyalah tongkat biasa, akan tetapi Allah ingin memuliakan nabi Musa ‘alaihissalam dengan membuka laut setelah dipukul oleh nabi Musa ‘alaihissalam untuk membuktikan bahwa ini merupakan mukjizat yang Allah berikan kepada nabi Musa ‘alaihissalam.

Tatkala di pukulkan tongkatnya, maka terbelahlah lautan dan jalanannya kering dan tidak ada air. Hal ini merupakan mukjizat nabi Musa ‘alaihissalam.

Sebagaimana Allah ﷻ sebutkan dalam ayat lain,

فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلَا تَخْشَى (77)

“Maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)”.
(QS. Taha : 77)

Fir’aun dan pasukannya takjub melihat kejadian yang luar biasa yaitu terbelahnya lautan, akan tetapi mereka tetap tidak mau beriman kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Inilah mengapa hidayah itu milik Allah ﷻ.

Maka lewatlah nabi Musa ‘alaihissalam bersama pengikutnya dan berhasil sampai keseberang lautan.

Kemudian pasukannya memerintahkan fir’aun untuk maju terlebih dahulu. Maka tatkala Fir’aun berada di tengah lautan, laut masih dalam keadaan terbelah.

Fir’aun mengatakan, “Laut ini terbelah karena saya tuhan.”

Akhirnya menyusullah seluruh pasukan fir’aun, kemudian Allah tutup kembali lautan tatkala mereka semua berada di tengah lautan.

Maka tenggelamlah Fir’aun bersama bala tentaranya. Saat itulah Fir’aun sadar dan mengatakan,

إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ (90)

“Hingga bila Fir’aun itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.
(QS. Yunus : 90)

Dalam ayat ini diterangkan bahwa akhir perkataan Fir’aun adalah kalimat لااله الا الله yang kata nabi Muhammad ﷺ

مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

“Barangsiapa yang akhir perkataannya “Laa ilaha Illallah maka dia akan masuk surga.”
(HR. Abu Daud no. 3116, disahihkan oleh Albani)

Sehingga Ibnul ‘Arabi dalam kitabnya Fushuhul Hikam menyebutkan bahwa Fir’aun masuk surga karena akhir kalimatnya adalah Laa Ilaha Illallah.

Akan tetapi yang benar adalah taubatnya tidak diterima karena telah berada pada waktu sakratul maut.

Allah ﷻ berfirman,

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ (18)

“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”.
(QS. An-Nisa : 18)

Nabi ﷺ bersabda,

إن الله يقبل توبة العبد مالم يغرغر

“Sesungguhnya Allah menerima taubat seeorang hamba sebelum nyawanya sampai di kerongkongan.”
(HR. Tirmidzi no. 3537, dihasankan oleh Albani)

Maka dari itu Allah ﷻ berkata kepada Fir’aun,

آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ (91)

“Mengapa baru sekarang (kamu beriman), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
(QS. Yunus : 91)

Ayat ini menunjukkan bahwa taubatnya fir’aun tidak diterima.

Kemudian Allah ﷻ berfirman,

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ (92)

“Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”

Allah menyelamatkan jasad Fir’aun agar orang-orang tidak menganggap bahwa Fir’aun belum meninggal.

Allah ingin memperlihatkan bahwa inilah hasil bagi orang yang pernah sombong dan angkuh di muka bumi ini.

● Ayat ini juga menjadi dalil bahwasanya azab kubur tetap ada meskipun jasad orang tersebut tidak berada dalam kubur.

Sebagaimana Allah ﷻ berfirman,

النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ (46)

“Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras”.
(QS. Ghafir : 46)

● Kata para ulama mengatakan bahwa ini dalil tentang adanya azab kubur.

Meskipun kita dapati jasad Fir’aun selamat. Akan tetapi ruhnya tetap diazab oleh Allah Subahanhu wa ta’ala.

Para ulama menjelaskan bahwa alasan disebut sebagai azab kubur, karena kebanyakan orang tatkala meninggal dimasukkan kedalam kuburan. Akan tetapi bukan berarti orang tidak dikuburkan tidak akan diazab.

Fir’aun menjadi bukti bahwa meskipun jasadnya selamat atau tidak dikubur, akan tetapi dia diazab di alam barzakh yaitu alam antara alam dunia dan akhirat.

Demikianlah kisah nabi Musa ‘alaihissalam bersama Fir’aun, orang yang aling sombong dan angkuh. Orang yang mengaku sebagai tuhan. Padahal Iblis mengakui Allah sebagai tuhan, sedangkan Fir’aun telah melampaui batas.
SELESAI.

https://firanda.com
🖊 Ustadz Firanda Andir, Lc, MA
Oleh: Mutiara Risalah Islam
Difan
Menulis itu bukan karena kita tahu banyak, tapi karena banyak hal yang ingin kita tahu

Related Posts

Post a Comment